7 Tempat Makan Artsy

Pekan-pekan seni yang seru masih terus berlanjut, beraneka ragam rekomendasi seperti ruang pameran, studio seniman, hotel hingga hidden gem sudah terkabarkan. Namun tidak lengkap rasanya menjelajah ruang demi ruang pameran tapi belum menyempatkan singgah ke tempat makan.

Tidak hanya direkomendasikan karena sajian makanan dan minumannya yang menggugah selera. Tawaran lain seperti interior dan eksterior, art space hingga movement yang menjadi akar terbentuknya tempat tersebut juga menarik untuk ditelusuri.  Agar sekali dayung dua pulau terlalui, sambil makan kamu  bisa sekalian apresiasi karya seni. Yuk simak, 7 rekomendasi tempat makan artsy yang selama ini kalian cari;

1. Sri Sasanti Restaurant
Tempat makan yang berada di Jl. Palagan Tentara Pelajar No.52 Sleman ini menyajikan makanan khas Nusantara resep nikmat warisan Eyang Sri Sasanti, seorang wanita Jawa yang pintar memasak,  ibu dari pemilik resto ini.

Sejak tahun 2007, Sri Sasanti Restaurant dibangun menggunakan jasa arsitek dari Bali dengan reuse material atau barang bekas yang selamat pasca gempa Jogja tahun 2006, salah satunya adalah limasan asal Kotagede. Selain itu, tegel kunci, peti kemas, jendela rumah lama, diubah oleh pemilik resto menjadi benda-benda yang layak pakai dan tetap selaras dengan konsep awal bernuansa Nusantara. Vibes ala Bali  seperti kolam, arca, dedaunan dan perpaduan arsitektur Jawa kian terasa saat pertama kali berkunjung. Di salah satu ruang indoor, pengunjung juga bisa menikmati lukisan-lukisan yang terpajang rapi.

(Sri Sasanti Restaurant, Dokumentasi: Srisasanti Restaurant)

Resto ini memiliki banyak hidangan rekomendasi, salah satunya adalah Nasi Campur Nusantara atau sering dikenal sebagai Nasi Campur Obama. Menu ini pernah dipesan dan disukai Presiden Obama saat berlibur ke Yogyakarta tahun 2017. Semakin viral setelah salah satu Boyband asal negeri ginseng Seventeen juga syuting reality show dan memakan menu yang sama.

Sri Sasanti Restaurant sangat bisa untuk jadi ruang gathering, kumpul keluarga atau makan berdua. Buka setiap hari mulai pukul 11.00-22.00 WIB. Akan sangat ramai di malam hari, untuk memastikan kalian bisa menikmati keotentikan rasa makanan di sini, ada baiknya reservasi melalui linktree di @sasanti_restaurant

2. ViaVia Jogja
Berada di Jalan Prawirotaman No.30, ViaVia wajib jadi salah satu tempat makan rekomendasi, buat kamu yang suka mencicipi makanan dari seluruh dunia.  Mengusung konsep environment friendly, ViaVia menghadirkan makanan sehat dengan vibes kesenian yang kuat. 

Dari segi bangunan ViaVia sudah mencuri perhatian, seperti memiliki dinding batu bata tidak rata, tangga kayu, jendela bambu terbuka yang diarsiteki oleh Eko Prawoto. Di kalangan seniman muda Jogja, one stop resto ini juga dikenal sebagai ruang pameran alternatif yang mendukung karir mereka. Benar saja, ViaVia mewadahi seniman dengan menerima proposal dan memamerkan karya yang sudah terkurasi di dua lantai resto secara gratis. Pameran di ViaVia rutin berlangsung setiap satu bulan sekali, pengunjung bisa mengikuti berbagai workshop aktivasi pameran, melihat mural di sepanjang gang kecil atau menyewa ruang bernama Rumah Ayam untuk kegiatan kesenian.

Saat berkunjung ke resto ini, kamu wajib mencoba makanan seperti Nasi Campur ViaVia, Chicken Provencal, Pasta Bolognese dan Salad. Apabila ingin menikmati live music, disarankan datang di Minggu malam karena akan ada Sunday Jazz Night. Bulan Juli hingga September adalah libur musim panas dengan kunjungan wisatawan asing yang sangat padat, pastikan sebelum datang  reservasi dulu ya.

(ViaVia Jogja, Dokumentasi: Primas Trijati)

3. Suara Dewandaru
Kamu pernah kebayang, menikmati suara gemerisik daun bambu dan alunan musik lembut sambil menikmati teh? Bukan utopia belaka, semuanya ada di Suara Dewandaru daerah Cangkringan Sleman.

Suara Dewandaru mengusung konsep listening cafe dengan koleksi piringan hitam yang diputar sepanjang jam operasional. Tidak jauh dari cafe, kamu bisa mengunjungi karya seni dari bambu yang direspon oleh seniman Widya Purwoko dalam art space Ruas Bambu Nusa. Widya Purwoko merupakan seniman yang karyanya mengkritisi penambangan pasir. Keresahannya ini dihadirkan dalam karya seni dengan memperlihatkan pada warga kampung bahwa tanpa merusak lingkungan, desa mereka tetap memiliki potensi untuk hidup dan hijau. Di Ruas Bambu Nusa, kamu akan melihat rumah-rumah inap kecil yang materialnya merupakan barang bekas pintu limasan dan joglo. Tepat berada di depannya, terdapat mini concert hall yang terbuat dari bambu. Rara Sekar dan Kunto Aji pernah tampil di sini. Tanggal 18 September nanti akan ada peresmian Ruas Bambu Nusa menjadi sebuah museum bersamaan dengan Hari Bambu Sedunia.

(Suara Dewandaru, Dokumentasi: Primas Trijati)

Nama Suara Dewandaru diambil dari nama pohon Dewandaru yang sudah ada sebelum tempat ini dibangun. Buah yang dihasilkan pohon ini menjadi salah satu minuman signature dengan nama yang sama. Minuman Dewandaru hanya tersedia di saat-saat tertentu, rasanya unik dan segar. Mitosnya buah ini adalah pembawa wahyu dari dewa.  Hanya buka di hari Jumat-Minggu pukul 13.00-21.00 WIB, pastikan kalian sudah reservasi melalui kontak di @suaradewandaru sebelum berkunjung.

4. Murakabi Minggir
Masih di daerah Utara Jogja, ada sebuah warung kelontong yang tidak biasa yaitu Murakabi Minggir. Warung ini menjual dan berkolaborasi dengan produk-produk petani lokal, pengrajin sekitar dan ibu-ibu setempat.

Murakabi berasal dari bahasa Jawa yaitu nyukupi atau mencukupi. Membawa kegelisahan tentang warung kelontong yang selama ini menjual barang-barang yang tidak dikenali asal-usulnya,  mengedepankan transaksi tanpa ada dialog antara penjual dan pembeli. Murakabi pernah berpameran di ARTJOG 2019. Tidak berakhir sampai di ruang pameran saja, warung kelontong ini hadir di tengah masyarakat berkat Laboratorium Kriya Masyarakat Desa (LKMD). Bangunan Murakabi dibangun dengan mengoptimalkan barang-barang sekitar seperti batu kali Progo menjadi kamar mandi, bentuk bangunan yang menyesuaikan dengan rumah ala desa hingga dapur yang terbuat dari barang-barang bekas.

Warung ini menjual barang sembako dan cemilan yang bisa ditelusuri asal usulnya. Kalau kamu sedang beruntung, bisa datang dan mencoba menu makanan musiman seperti Nasi Goreng Kecombrang. Sesampainya di sini, harus ikut nglarisi ya.

(Murakabi Minggir, Dokumentasi: Murakabi Minggir)

5. Tempuran Space
Rekomendasi lainnya adalah Tempuran Space yang berlokasi di daerah Sembungan. Tempatnya sejuk, dikelilingi banyak pohon, berada di pinggiran sungai, makanan minumannya enak dan ada banyak kucing.

Tempuran Space tidak sekadar tempat makan artsy, embrionya adalah ruang kolaborasi. Awalnya tempat ini hanya digunakan sebagai rumah agensi bernama Srengenge, lalu melihat meningkatnya kebutuhan pelengkap ngobrol seperti kopi dan makanan, hadirlah kafe dan pawon.

Uniknya, Tempuran Space mengedepankan konsep bangunan yang merespon apa yang disediakan oleh alam tanpa memindahkan yang sudah ada. Kontur alam yang tidak rata, kamar mandi dengan dinding batu atau pohon-pohon bambu yang secara organik tumbuh, tetap dipertahankan oleh Tempuran. Bangunan ini akan terus tumbuh sesuai dengan kebutuhan. Selain bangunan yang unik, campaign cat friendly juga menjadi daya tarik lainnya.

Tempuran banyak dijadikan ruang alternatif seni untuk intimate performance, diskusi, ruang pameran yang belum banyak pengunjung tahu. Saat berkunjung, kamu bisa mencoba minuman signature seperti Caramela atau masakan olahan tuna oleh Pawon Tempuran. Info lebih lengkap bisa cek di @tempuran.space

(Tempuran Space, Dokumentasi: Primas Trijati)

6. Soto Djiancuk
Soto Djiancuk, terdengar seperti mengumpat padahal ungkapan keakraban. Sajian soto ala Jawa Timuran ini wajib masuk list rekomendasi saat kamu berada di daerah PGRI, Bantul, Yogyakarta.

Jangan dinilai dari namanya saja, saat kamu berkunjung akan banyak kejutan-kejutan lain yang membuatmu memuji tanpa henti, seperti bentuk bangunan dan interiornya. Jendela miring, tembok yang memiliki sela, lengkungan gerbang yang nanggung dan pastinya diluar nalar arsitektural akan mudah ditemukan. Selain itu, ada mobil tua di parkiran, patung-patung berpelukan, benda-benda keseharian dan lukisan ekspresif terpanjang di keseluruhan dinding tempat makan. Karya seni hingga desain bangunan ini dibuat oleh seniman Widodo yang merupakan lulusan ISI Yogyakarta.

Selain kesan nyeni, soto yang dihidangkan juga terasa nikmat dengan tempe goreng dadakan. Buka setiap hari dari pukul 08.00-16.00 WIB. Jangan ngaku artsy kalau belum ke sini.

(Soto Djiancuk, Dokumentasi: Primas Trijati)

7. Warung Pesisir
Menikmati suasana pantai di utara Jogja? Tentu bisa. Sebuah warung bebakaran hadir di jalan besar dekat perumahan warga, memang tidak biasa namun beneran ada. 

Kamu akan merasakan keotentikan suasana pantai seperti pasir putih, perahu, surfing board dan gazebo beratap rumbia di Warung Pesisir. Selain itu, ada kolam buatan yang menyerupai sungai lengkap dengan ikan-ikan dan area hijau yang cukup mencolok. Warung ini cocok untuk dikunjungi bersama keluarga apalagi anak-anak yang suka bermain pasir.

Menu yang disajikan seperti ikan bawal, kerapu, kakap, cakalang, udang yang dibakar dan berbagai tumisan. Buka setiap Selasa-Minggu pukul 11.00-21.00 WIB, rasakan sensasi pantai tanpa harus ke selatan.

(Warung Pesisir, Dokumentasi: Warung Pesisir)

Bagaimana dengan rekomendasi kali ini? Sudah bikin penasaran dan perut keroncongan?