7 Kolektif Seni Dijamin Asyik

Dalam berproses kreatif dan mengeksekusi karya seapik mungkin, seniman juga membutuhkan wadah untuk diskusi, eksperimen, berbagi pengetahuan lintas disiplin hingga berjejaring. Tentunya akan mudah dilakukan bersama-sama dengan seniman lain. Wadah tersebut bisa berupa ruang alternatif yang dibentuk atas kesamaan rasa dan visi misi. Kumpulan orang-orang dalam satu ruang alternatif yang sama ini disebut komunitas/kolektif seni.

Di Yogyakarta, kolektif seniman kini menjamur. Munculnya kelompok-kelompok ini dibentuk atas minat, keresahan, pergerakan sosial atau diawali dari kumpulan teman nongkrong biasa. Kehadiran kolektif ini turut meramaikan ramainya  ekosistem seni rupa. Mereka sangat terbuka untuk dikunjungi,  apalagi saat program-programnya sedang berlangsung, seperti pameran, workshop dan diskusi yang pastinya asyik. Beberapa list kolektif di Jogja ini mungkin sudah sering kamu dengar atau pernah kamu datangi pamerannya. Siapa saja ya?

1. Ruang MES 56
Membicarakan tentang kolektif seni dan fotografi akan langsung tertuju pada Ruang MES 56. Ruang MES 56 menjadi rumah bagi para seniman yang berfokus pada pengembangan fotografi eksperimental dengan seni rupa kontemporer. 

Ruang MES 56 dibentuk tahun 1994 dan dikukuhkan menjadi lembaga di tahun 2002. Mulanya kolektif ini terbentuk dari kumpulan mahasiswa program studi fotografi ISI Yogyakarta. Dengan semangat pemberontakan terhadap fotografi yang saat itu tidak bisa ikut berpameran layaknya anak seni rupa, kumpulan seniman ini menghadirkan ruang pameran di rumah kontrakan. Sejak pertama kali dibentuk, kolektif ini sudah berpindah rumah sebanyak 4 kali dan kini berlokasi di Jalan Mangkuyudan No. 53A, Yogyakarta.

Ruang MES 56 memiliki banyak program yang bisa kamu ikuti seperti pameran, residensi seniman, diskusi, workshop dan pengarsipan. MES 56 saat ini sedang melangsungkan Pameran Jogja Fotografis Festival, di banyak ruang di Yogyakarta, salah satunya di Galeri RJ Katamsi. Masih bisa dikunjungi 18 Agustus - 11 September 2023. Lengkapnya acara ini ada di @ruangmes56

(Ruang MES 56, dokumetasi: ruangmes56)

2. Taring Padi
Kolektif satu ini hampir dikenal oleh semua seniman di Yogyakarta. Taring Padi dikenal sebagai organisasi kebudayaan yang  menyuarakan tema kerakyatan.

Taring Padi dibentuk tahun 1998 di Yogyakarta. Embrio terbentuknya komunitas  ini bermula dari kondisi sosial yang semakin memburuk akibat akumulasi kekecewaan dan perlawanan pada rezim orde baru Presiden Soeharto. Beberapa anggota Taring Padi saat itu adalah mahasiswa FSRD ISI Yogyakarta. Sebagai mahasiswa seni, hampir seluruh aktivitas mereka dalam menyuarakan keresahan menyertakan unsur visual seperti poster cetak tinggi bermuatan isu-isu sosial. Taring Padi dulunya bermarkas di FSRD ISI Gampingan yang sekarang dikenal Jogja National Museum.

Kolektif yang kini berlokasi di Dusun Sembungan, Rt.02, Desa Bangunjiwo, Kasihan Bantul  ini, tahun lalu berpartisipasi dalam Documenta Fifteen di Kassel Jerman, dengan membawa wayang kardus hasil workshop keliling beberapa kota di Indonesia. Kamu yang tertarik mengikuti workshop serupa dan program lainnya dari Taring Padi bisa update informasi melalui @taring_padi.

(Taring Padi, dokumentasi: taring_padi)

3. Teater Garasi (Garasi Performance Institute)
Buat kamu yang suka nonton pertunjukan teater, pasti kenal dengan Teater Garasi. Didirikan oleh Yudi Ahmad Tajudin, kolektif ini tidak hanya fokus pada mengembangkan dan menciptakan karya pertunjukan namun juga laboratorium cipta kaji teater dan peningkatan pengetahuan lintas disiplin.

Teater Garasi berdiri di Yogyakarta tahun 1993. Berlokasi di Jl. Jomegatan No.164B, Kasihan Bantul ini mulanya dibentuk oleh mahasiswa kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM. Tidak hanya berteater saja,  kolektif ini memiliki beberapa program seperti Antar Ragam, Performer Studio, Open Laboratory, Live at Teater Garasi, Magang dan Residensi.

Awal Juli yang lalu, Garasi Performance Institute mementaskan "Waktu Batu. Rumah yang Terbakar" di Panggung ARTJOG 2023. Menampilkan karya lintas media seperti video game, sinematografi dan teater berkolaborasi dengan Majelis Lidah Berduri, Mella Jaarsma juga performer lintas generasi. Pertunjukan berdurasi 60 menit ini,  sudah pernah dipentaskan hingga ke luar negeri dari Asia hingga Eropa. Pementasan ini bercerita tentang kerusakan lingkungan dan perubahan iklim. Cek info kegiatan terbaru mereka di @teatergarasi

(Teater Garasi, dokumetasi: Teatergarasi)

4. Survive! Garage
Masih di lokasi yang tidak jauh dari Teater Garasi, kamu akan bertemu dengan ruang kolektif bernama Survive! Garage. Ruang ini terbentuk atas kurangnya ruang alternatif seniman muda untuk berpameran, diskusi, kolaborasi di tahun 2009. Survive memiliki semangat untuk berkarya seni dekat dengan masyarakat, isu sosial, lingkungan dan kemanusiaan.

Survive! Garage digagas oleh Bayu Widodo saat masih berkuliah di tahun 2006. Bermula dari pameran dan menjual artist merchandise di Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY). Survive yang bermarkas di Jl. Nitiprayan No.99, Jomegatan, Kasihan Bantul ini dikenal sangat mendukung proses berkesenian seniman muda independent. 

Sebagai kolektif, Survive memiliki beberapa program yang bisa kamu ikuti seperti pameran, lokakarya, mural, diskusi, pemutaran film dan proyek kolaborasi antar seniman atau warga setempat. Buat kamu yang sudah penasaran dengan pamerannya, bisa datang ke Keep the Fire On #9 "Maafkan Seni Lahir dan Batin" dari tanggal 12 Agustus-10 September 2023 menghadirkan karya lebih dari 50 seniman. Info lebih lengkap bisa cek di @survive_garage.

(Survive! Garage, dokumentasi: survive_garage)

5. Ace House Collective
Kalau yang ini masih berada di satu jalan yang sama dengan Ruang MES 56. Kamu harus tau Ace House Collective, sebuah kolektif seniman, ruang seni alternatif sekaligus laboratorium seni yang berfokus pada budaya populer. Awal mula terbentuknya kolektif ini karena keresahan anggota Ace House atas kecenderungan berkaryanya yang pop dan dulunya tidak dianggap oleh kalangan pecinta seni. 

Didirikan oleh Hendra 'Hehe' Harsono tahun 2011 yang lalu. Kolektif ini memiliki aktivitas program seperti presentasi-diskusi, pameran, residensi hingga proyek seni lintas disiplin di markasnya Jl. Mangkuyudan No.41, Mantrijeron.

Kolektif ini memiliki program The Broken White Project. Acara yang terdekat, kamu bisa menghadiri pameran terbarunya yaitu Broken White Project #18 bertajuk Incipit Tragoedia Incipit Parodia dari tanggal 11 Agustus - 15 September 2023. Menghadirkan karya dari 8 seniman terpilih yang sudah didampingi oleh Ace House. Pastikan jangan datang di hari Minggu ya, karena libur, info lebih lengkap ada di @acehousecollective

(Ace House Collective, dokumentasi: acehousecollective)

6. Jogja Disability Arts
Kolektif yang satu ini masih terhitung baru, namun menambah keragaman ruang alternatif seniman dengan berbagai latar belakang. Jogja Disability Art (JDA), komunitas dan yayasan yang menjadi wadah berkumpulnya pegiat seni penyandang disabilitas dan mengupayakan ekosistem seni rupa yang lebih inklusif.

Jogja Disability Arts (JDA) didirikan tahun 2020 oleh Sukri Budi Dharma atau Butong. Ide menghadirkan komunitas ini berawal dari kunjungannya ke luar negeri bersama Disability Art Learning setelah lolos seleksi oleh British Council. Di sana Butong melihat bagaimana penyandang disabilitas diwadahi tempat untuk berkreativitas dan berekspresi dan mengupayakan hal yang sama terjadi di Yogyakarta.

JDA yang sekretariatnya berada di lantai 2 Galeri R.J Katamsi ini memiliki banyak program pameran salah satunya Jogja International Disability Art Biennale. Selain itu, pameran terbaru dan terdekat mereka, ada Suluh Sumurup Art Festival 2023 bertajuk Gegandengan, info lebih lengkapnya bisa cek di @jogja_disability_arts

(Jogja Disability Arts, dokumentasi: jogja_disability_arts)

7. Cakapuan
Sudah membahas banyak komunitas, yang satu ini masih tergolong baru diinisiasi oleh para perempuan lintas disiplin. Komunitas Cakapuan bergerak sebagai ruang aman dan netral bagi para perempuan praktisi lintas bidang untuk saling berbagi.

Cakapuan diinisiasi oleh Grace Sembiring Meliala pada Maret 2023. Grace bersama teman-temannya menghadirkan sebuah ruang nyaman untuk berbagi tentang hal-hal sekitar terbuka untuk semua kalangan, dengan prinsip kemanusiaan, kolaborasi, dan DIY (Do It Yourself).

Cakapuan sudah menyelenggarakan programnya yang kedua kalinya. Akan berlangsung setiap 2 bulan sekali selama 2 hari di Lifepatch Jl. Lempuyangan Bausasran. Kamu bisa berkunjung dan menghadiri berbagai topik dari setiap pembicara dengan membawa snack nominal Rp. 20.000,- untuk dinikmati bersama. Informasi kegiatan Cakapuan bisa melalui @cakapuan.inisiatif

(Cakapuan, dokumentasi: mariayasinta_16)

Kolektif-kolektif asyik ini punya sejarah yang menarik dan banyak program yang bisa kamu ikuti. Biar kenal lebih dekat lagi, gimana kalau langsung dikunjungi?