PATROL MAUT - Identitas. Tubuh-tari. Pinggiran Proyek musik-teater-tari Patrol Maut adalah sebuah penelusuran atas sejarah musik dan gerak lokal di pinggiran Indonesia. Pinggiran dalam hal ini adalah sebuah cakupan baik secara geografis maupun kelas sosial. Musik/budaya pinggiran membentuk sebuah lingkungan yang merangkul sejarah, pengalaman trauma/kekecewaan/kemarahan kolektif hingga sentimen antar kelas dari masyarakat pinggiran/marginal. Dirangkum dalam sebuah perayaan yang terus bergerak dan berkembang dari masa ke masa. Kuda lumping berubah menjadi Funkot. Dangdut menjadi Koplo. Koplo menjadi Koplo Remix. Talempong/Dendang Saluang menjadi Minang House. Meskipun demikian, pola musik dan gerak tetap berpijak pada bentuk sebelumnya dengan esensi yang sama. Bentuk-bentuk artistik yang ditawarkan seakan menjadi penolakan atas pusat. Meskipun diremehkan dan dianggap kampungan, gairah untuk menegakan desentralisasi dan kuatnya kolektivitas lokal membuat budaya ini tetap masif, dan tentu sulit untuk mati. Pertunjukan disusun dalam tiga babak, dimulai dari TikTok, jalanan, kampung-kampung di pesisiran/pedalaman, hingga dunia virtual, dalam sound system yang sangat spesifik. Seperti kenyataannya, budaya pinggiran ini dirangkum dalam sebuah perayaan/panggung kekecewaan dalam suasana yang riang. *Patrol: Musik Patrol atau musik kentongan merupakan salah satu tradisi tabuhan di Jawa. Tradisi ini pada awalnya berfungsi sebagai ensambel untuk membangunkan orang sahur di bulan puasa. Seperti Calung, Angklung, Jaipong, Tong Tong, Jathilan dan lain sebagainya, tradisi tetabuhan ini diteruskan ke musik yang lebih modern seperti Dangdut Koplo, Funkot hingga beragam Musik Remix lainnya.